Salah satu gunung yang teraktif di Indonesia, sebuah gunung dengan ketinggian 2.913 Mdpl yang terletak di Jawa Tengah merupakan gunung favorit untuk di jelajahi oleh pendaki. Yah, Gunung Merapi. Gunung yang paling aktif di Indonesia ini menjadi tujuan baik para pendaki lokal maupun dari luar negeri. Ini adalah tentang petualangku, tentang solo mounteneerring, tentang hiking dan trekking di Gunung Merapi.
Tepat pukul 13:30, semua perlengkapan pendakian dalam ceriel dengan kapasitas 70+5 sudah terpacking dengan rapi, setelah melakukan perijinan untuk pendakian 2 hari 1 malam di base camp Barameru. Base Camp Baremeru merupakan satu - satunya pos pendakian yang menjadi pintu masuk dan perijinan untuk melakukan pendakian di Gunung Merapi yang berada di Selo, Boyolali.
Dengan cuaca gerimis dan berkabut, aku memulai perjalanan ini. Awal perjalanan, aku hanya berjalan seorang diri di atas jalan aspal yang masih basah akibat hujan. Aku mencoba mengejar beberapa rombongan pendaki yang sempat berkenalan di base camp Baremeru pada saat melakukan perijinan pendakian, karena selama perjalanan menuju Merapi aku tidak boleh seorang diri dengan cuaca yang berkabut. Itulah pesan yang selalu aku ingat, sebuah wejangan dari seseorang yang menghawatirkanku, sesorang yang aku sayangi.
Hanya 15 menit waktu yang aku butuhkan untuk menuju New Selo dari base camp Barameru, New Selo merupakan pos pengamatan Gunung Merapi yang juga dijadikan untuk menikmati keindahan Gunung Merbabu dan pedesaan didaerah Selo. Dari sinilah gerbang pintu masuk untuk menuju puncak Merapi dimulai. Sebelum melanjutkan perjalananku, aku sempatkan mencari rombongan pendaki yang akan menjadi teman dalam perjalananku. Tak selang beberapa lama akupun menemukan mereka, dan perjalananpun kita lanjutkan untuk menuju pos berikutnya yaitu gerbang selamat datang dengan jarak 950 m dari New Selo.
Awal perjalanan jalur yang kami lalui jalan setapak, dengan melewati perkebunan warga disebelah kanan dan kiri jalan. Jalanan tanah yang basah membuat perjalanan kami harus hati - hati, sepanjang perjalanan disini aku mencoba mengenal lebih dekat dengan rombongan pendaki yang baru aku kenal ini. Di tengah perjalanan aku menemukan rombongan pendaki lain, sebelum aku melewati rombongan ini aku sempat tegur sapa yang pada akhirnya akupun berada dalam perjalanan rombongan itu. Aku mencoba menghangatkan suasana dengan saling bercerita tentang pengalaman - pengalaman yang kami dapat dalam pendakian dari beberapa gunung.
Dan tidak terasa aku dan kedua rombongan pendaki yang baru aku kenal sampai di gerbang selamat datang. Kami sempatkan istirahat sejenak melepas lelah dan menikmati beberapa bekal yang kami bawa. Hanya sekitar 5 menit kami istirahat disini, awalnya aku masih sempat berada dalam rombongan mereka pada perjalanan berikutny sebelum akhirnya perlahan aku memulai meninggalkan kedua rombongan pendaki tersebut.
Pos berikutnya adalah Watu Belah yang berjarak 500 m dari pos selamat datang. Jalur untuk menuju pos berikutnya mulai menanjak dan licin, pada jalur ini kawasan disekitar berupa hutan dengan berbagai macam pohon dan tumbuhan liar. Aku melewati trek ini seorang diri karena kedua rombongan yang sempat aku kenal tertinggal cukup jauh, tapi sesekali aku sempat melewati beberapa rombongan lain yang tidak aku kenal. Kendati kami belum saling kenal, tapi kami tetap melakukan tegur sapa bahkan menyempatkan bercerita sejenak. Tidak pasti aku melewati perjalanan ini dengan siapa, karena dalam perjalananku kali ini aku memang seorang diri sebagai solo mounteneering. Walaupun aku seorang diri, tapi aku tetap menjaga keselamatan untuk diri sendiri. Karena pulang dengan selamat itu adalah janji aku, janji yang harus aku tepati.
Satu jam aku melewati jalur untuk menuju pos Watu Belah dari pos Selamat Datang. Pos disini cukup ramai dengan pendaki yang sedang melepaskan lelah, tapi aku hanya melewati saja karena tenaga aku masih cukup memadai untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Pos berikutnya adalah Pos II, pos yang akan menjadi tujuanku untuk mendirikan tenda sebelum menuju ke puncak. Ada 2 jalur pilihan untuk menuju Pos II, persimpangan 2 jalur ini berada beberapa meter dari pos Watu Belah. Aku memilih jalur kiri untuk menuju pos II. Jalur yang aku lewati cukup terjal dengan trek berbatu, bebatuan yang cukup besar dengan jurang disebelah kanan. Trek pada jalur ini cukup menguras tenagaku ditambah dengan beban ceriel yang berada dipundakku.
Akhirnya cukup satu jam aku melewati jalur bebatuan yang lumayan extrim itu. Tepat matahari terbenem sampailah aku di Pos II (tepatnya pertigaan pertemuan 2 jalur dari setelah Batu Belah), aku puaskan istirahat disini sambil menikmati pemandangan yang luar biasa indahnya. Walaupun sedikit berkabut, tapi nampak gagah berdiri Gunung Merbabu. Nampak dari kejauhan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang diselimuti awan. Udara semakin dingin karena angin berhembus semakin kencang, aku masih menghilangkan lelah bersandar di Ceriel memandang Keindahan Merapi dalam kegelapan.
Aku pastikan akan mendirikan tenda disini, sebelum Pasar Bubrah dengan pertimbangan keamanan dari badai yang sewaktu - waktu bisa datang. Sebelum mendirikan tenda, aku sempat bertanya tentang keadaan disekitar, terutama tentang keamanan dan kenyamanan. Kebetulan aku bertanya dengan seorang yang Solo Mounteneering juga, sempat aku berbincang cukup lama sebelum aku tawarkan untuk gabung dengan tendaku. Vityan namanya, anak Salatiga seorang Tour Guide. Kami pun berbincang mempertimbangkan 2 tempat yang akan kita jadikan tempat camp, setelah melihat cuaca dan kondisi kedua tempat, akhirnya kita yakin dan pastikan kalau kita akan mendirikan tenda di Pos II.
Kami hangatkan suasana dengan perbincangan tentang motivasi kita dalam Solo Mounteneering, pengalaman - pengalaman kita dalam melakukan pendakian. Ternyata sudah cukup banyak gunung di Indonesia yang telah dia jelajahi, termasuk Gunung Impianku, Gunung Leuser. Kami habiskan malam dengan bincangan hangat sambil menikmati secangkir kopi panas dan beberapa sisa cemilan yang kami bawa. Kami putuskan akan Summit setelah Sholat Shubuh.
Menjelang pagi ternyata cuaca tidak bersahabat, hujan turun yang terkadang disertai badai. Kami pun dengan sabar menunggu sampai hujan reda dan cuaca mendukung untuk Summit. Pagi pun menjelang dan cuaca semakin tidak bersahabat, kabut semakin tebal dan angin pun semakin kencang.
Tidak terasa hari semakin siang, waktu sudah menunjukan pukul jam 12:00. Cuaca belum juga menunjukan ada tanda - tanda akan membaik, matahari seakan tak mampu untuk menembus kabut yang cukup tebal. Banyak sebagian pendaki yang mulai meninggalkan tempat camping mereka, satu persatu mulai beranjak turun menuju base camp Barameru. Tapi kami berdua tetap bersabar menanti cuaca bersahabat untuk melakukan Summit, kami beruda akan tetap menunggu sampai cuaca benar - benar tenang. Kami habiskan waktu penantian yang panjang itu dengan obrola santai dan penuh makna, saling berbagi pengalaman dalam berpetualang. Terutama aku, aku cukup antusias mendengarkan teman yang aku temukan semalam ini ketika ia bercerita tentang petulanganya tentang gunung - gunung yang belum pernah aku kunjungi dan menjadi gunung impianku untuk aku daki.
Ditengah obroan ringan itu tiba - tiba tak terasa badan kami mulai terasa panas, kami pun beranjak keluar untuk melihat keadaan cuaca. Dan ternyata sinar matahari perlahan mulai menembus kabut yang mulai menipis, mungkin cahaya ini yang membuat keadaan didalam tenda menjadi hangat. "Harapan itu ada, Merapi tak pernah ingkar janji..." ungkap kami berdua...
Kami memang bertekad pendakian ini harus sampai puncak, kami yakin Merapi akan menunjukan puncaknya dan mengusir kabut dan badai. Merapi tidak akan pernah ingkar janji untuk menunjukan keindahanya pada setiap pendaki yang mengunjunginya.
View Gunung Merbabu - Gunung Sindoro - Gunung Sumbing - Gunung Andong
Pukul 13:00 kami mulai Summit. Udara cukup cerah walaupun terkadang masih kami rasakan rintik hujan. Tampak jelas nan jauh disana berdiri dengan kokoh Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang diselimuti awan jingga, nampak juga disebelah kami sabana yang hijau menyelimuti Gunung Merbabu. Indah sekali pemandangan saat itu. Sepanjang trek menuju Puncak Merapi didominasi oleh bebatuan, dari yang besar sampai yang kecil - kecil atau kerikil. Setelah melewati Pasar Bubrah, trek mulai menanjak cukup terjal dengan jalanan berpasir. Cukup susah memang untuk melewati jalanan berpasir ini, tapi kami semangat karena puncak telah menampakan ketinggianya.
Satu setengah jam kami harus melewati jalanan berbatu dan berpasir untuk menuju puncak Barameru. Begitu indah pemandangan alam terlihat dari puncak Merapi, nampak sebuah kawah yang masih aktif mengeluarkan asap di bawah sana. Sebuah kawah yang pernah menyemburkan awan panas ratusan meter disaat meletus, kawah yang dikelilingi tebing berbatu. Aku sempat merinding dan bergemetar melihat begitu dalamnya kawah dari puncak ini, tidak ada pengaman atapun penghalang yang membatasi tebing ini.
Hanya kehati - hatian dan kewaspadaan kita yang harus kita jaga selama dalam menikmati puncak Barameru ini. Aku cukup puas bisa menapakan kaki dipuncak Merapi ini, tapi tidak dengan Vityan. Berdiri di Puncak Tusuk Gigi adalah tujuanya. Puncak berbatu yang menjulang tinggi, dengan kawah disekelilingnya. Aku semakin gemetar melihat puncak yang menjadi tujuan Vityan, puncak yang harus dilalui dengan merayap di tebing. Karena melihat aku gemetar dan anginpun masih cukup kencang, akhirnya Vityanpun mengurungkan niatnya untuk mencapi puncak Tusuk Gigi itu. Aku bersyukur sekali karena aku tidak jadi mengambil gambar dia ketika dia diatas puncak itu dari tempat yang sangat aku takuti.
Puncak Barameru
Hanya kehati - hatian dan kewaspadaan kita yang harus kita jaga selama dalam menikmati puncak Barameru ini. Aku cukup puas bisa menapakan kaki dipuncak Merapi ini, tapi tidak dengan Vityan. Berdiri di Puncak Tusuk Gigi adalah tujuanya. Puncak berbatu yang menjulang tinggi, dengan kawah disekelilingnya. Aku semakin gemetar melihat puncak yang menjadi tujuan Vityan, puncak yang harus dilalui dengan merayap di tebing. Karena melihat aku gemetar dan anginpun masih cukup kencang, akhirnya Vityanpun mengurungkan niatnya untuk mencapi puncak Tusuk Gigi itu. Aku bersyukur sekali karena aku tidak jadi mengambil gambar dia ketika dia diatas puncak itu dari tempat yang sangat aku takuti.
Karena waktu yang semakin sore, kamipun beranjak turun ketempat camp. Sesampianya ditempat camp kami sesegera mungkin merapikan perlengkapan camping kami. Kami tidak ingin kemalaman sampai di base camp barameru nanti. Setelah semuanya terpacking di ceriel kami masing masing, kami segera meninggalkan tempat camp kami. Target kami 2 jam harus sampai pos base camp Barameru. Dengan cepat kami menelusiri jalan berbatu yang curam sebelum pos Batu Belah, satu persatu kami lalui beberpa rombongan pendaki yang sedang turun. Sesekali kami pun terkadang berpapasan dengan pendaki yang akan menuju puncak Merapi. Kami percepat langkah kami setelah melewati Pos Batu Belah, karena jalur ini sudah mulai trek tanah walalupun licin tapi jalur ini masih bisa dilalui dengan agak sedikit berlari.
Puncak Barameru
1 komentar:
Mantapp abang 👊😉
Posting Komentar