Ini adalah perjalanan kami, perjalanan tentang ketinggian, perjalanan tentang arti sebuah alam. Merbabu, sebuah gunung yang berada di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.145 Mdpl, Boyolali tepatnya. Hari itu adalah H+1 Lebaran Idul Fitri tahun 2014, kami memutuskan untuk mengawali perjalanan ini. Pertigaan pasar sapi di Boyolali menjadi titik point pertemuan kami ber-enam, karena pendakian ini akan kita awalai dari Pos Chuntel Kopeng dan berakhir di Pos Selo. 2 orang dari Sragen, 2 orang dari Ambarawa dan 2 orang dari Cirebon dan Pekalongan.
Tepat jam 09:00 kami berkumpul dan menuju Pos Chuntel Kopeng , Kopeng adalah nama daerah di Salatiga. Dengan angkutan pedesaan berkapasitas 14 orang kami ber-enam memenuhi mobil yang telah kami carter. Kurang lebih 45 menit kami menghabiskan perjalanan untuk mencapai base camp Chuntel Kopeng, dengan menyusuri beberapa desa dan bumi perkemahan Umbul Songo. Sesampai di base camp kami membuat Simaksi yang dilayani oleh petugas yang seharusnya masih merayakan libur hari raya Idul Fitri. Tepat pukul 10:30 pendakian kami awali dari base camp, dengan menyusuri perumahan warga yang masih dalam suasana lebaran. Beberapa menit kemudian kami memasuki area perkebunan warga, yang kemudian kian menjauh dari pemukiman warga. Awal perjalanan menuju hutan cenderung masih landai dengan melewati jalur setapak, hanya sesekali akan ditemui jalur yang agak sedikit terjal dan licin dengan diselimuti beberapa pepohonan dan semak belukar yang terkadang menghalangi jalur pendakian.
Pos Registrasi Chuntel Kopeng
Tepat jam 09:00 kami berkumpul dan menuju Pos Chuntel Kopeng , Kopeng adalah nama daerah di Salatiga. Dengan angkutan pedesaan berkapasitas 14 orang kami ber-enam memenuhi mobil yang telah kami carter. Kurang lebih 45 menit kami menghabiskan perjalanan untuk mencapai base camp Chuntel Kopeng, dengan menyusuri beberapa desa dan bumi perkemahan Umbul Songo. Sesampai di base camp kami membuat Simaksi yang dilayani oleh petugas yang seharusnya masih merayakan libur hari raya Idul Fitri. Tepat pukul 10:30 pendakian kami awali dari base camp, dengan menyusuri perumahan warga yang masih dalam suasana lebaran. Beberapa menit kemudian kami memasuki area perkebunan warga, yang kemudian kian menjauh dari pemukiman warga. Awal perjalanan menuju hutan cenderung masih landai dengan melewati jalur setapak, hanya sesekali akan ditemui jalur yang agak sedikit terjal dan licin dengan diselimuti beberapa pepohonan dan semak belukar yang terkadang menghalangi jalur pendakian.
Kurang lebih pukul 12:00, dibawah terik sinar matahari kami memutuskan untuk istirahat sejenak di POS I. Dibawah Shelter yang agak lumayan luas dan beratapkan atap seng, kami istirahatkan sejenak kaki dan pundak kami dari langkah dan beban. Setelah istrihat dirasa cukup, kami segera bergegas untuk menunaikan sholat Dzuhur yang kemudian kami lanjutkan untuk menikmati beberapa perbekalan yang ada. Udaranya begitu sejuk dengan angin yang berhembus sepoy - sepoy, sunyi hanya suara nyanyian burung yang terkadang bersahutan. Tidak ada seorangpun yang melintas, baik warga setempat maupun pendaki yang lain, saat itu gunung berasa milik kita. Sepanjang perjalanan hanya langkah kaki kita dan sesekali obrolan yang hanya mengisi suara hutan saat itu, sunyi tapi sepi. Hari pun semakin sore, semakin tinggi jalur semakin terjal dan udara semakin terasa dingin, pohon - pohon pun semakin jarang kita temui. Tapi kami tetap melanjutkan langkah kaki, pemancar adalah tujuan kami mendirikan tenda. Karena hanya disitulah ada lahan untuk mendirikan tenda dari jalur Chuntel, Kopeng ini. Pemancar adalah sebuah gunung yang terdapat pemancar radio diketinggian 2.896 Mdpl, pemancar merupakan Pos IV yang berada dipuncak Gn. Watu Tulis.
Satu jam sebelum Pos Pemancar, matahari semakin tenggelam. Awanpun mulai kemerah - merahan yang menandakan senja akan segera berganti malam, udara semakin menunjukan khas kegununganya, dingin sampai ke tulang. Pada jalur ini mulai terbuka dengan alang - alang di kanakn kiri jalan setapak dan beberapa pohon pinus yang saling berjauhan. Pemandangan dari sini begitu indah, terlihat begitu jelas Gn. Telomoyo dan Gn. Ungaran dengan pancaran sang surya yang akan tenggelam. Nampak juga Gn. Sindoro dan Gn. Sumbing yang begitu kekar menjulang tinggi dikejauhan sana, dan Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang. Walaupun tower pemancar sudah terlihat begitu jelas, ternyata perjalanan masih agak lumayan jauh dengan medan yang cukup lumayan terjal.
Sekitar pukul 18:30 akhirnya sampai juga di tujuan camp, Pos Pemancar. Gelap dan angin yang begitu kencang menjadi kendala dalam mendirikan tenda, sekalipun dengan team 5 orang untuk mendirikan satu buah tenda. Tapi dengan kerja keras dan semangat yang tinggi (padahal mah karna udah kedinginan), akhirnya taraaaaa.... Berdiri juga istana dipuncak Gn. Watu Tulis.
Malam kami lewatkan dengan udara yang cukup dingin, sekalipun dalam tenda ada 5 orang yang saling berdesakan dan dibalik batu yang besar - besar, itu tak cukup menghangatkan kami. Angin diluar berdesus sangat kencang, tidak terbayang teman kami yang satu tenda sendirian hanya berteman ceril dan daypack. Tenda yang hanya satu layer, tanpa flysheet tambahan diluarnya. Berrrr, dinginya. Tidur kami gak ada yang nyenyak, semua gelisah kedinginan, saling berhimpitan. Malam itu berasa sangat panjang.
Dan akhirnya pagi pun tiba, menjelang pagi kami baru bisa tidur dengan nyenyak. Tapi hanya sesaat, karena masih ada perjalanan berikutnya, yaitu Puncak Merbabu (Puncak Syarif dan Puncak Kenteng Songo). Untuk menghangatkan tubuh, segera kami memasak air dan mempersiapkan sarapan untuk persiapan menuju perjalanan berikutnya. Tubuh ini harus diisi dengan nutrisi yang cukup, bukan hanya beban yang akan kita bawa, tapi jalan yang akan kita lalui. Jalur yang akan lebih ekstrim dan terjal yang akan kita lewati sebelum mencapai puncak Merbabu. Pukul 08:00, setelah ceremonial sarapan pagi, kami bergegas prepare. Istana tenda segera kami lipat dan semua perlengkapan kami rapikan. Setelah selesai, kami sempatkan menikmati suasana pagi yang begitu cerah walaupun udara dingin masih sangat terasa.
Menjulang tinggi Gn. Sindoro dan Gn. Sumbing begitu nampak jelas dengan arah bawah tampak Gn. Ungaran dibelakang Gn. Telomoyo. Indah, sangat indah dengan background langit yang begitu biru dan awan yang begitu putih.
Terkadang nampak seekor burung berterbangan diantara gugusan pegunungan nan hijau dibawah pusaran awan putih berselimut langit biru. Angin begitu sejuk berhembus menyapa dalam balutan sinar surya pagi yang penuh kehangatan, sejuk penuh dengan kedamaian. Puas menikmati lukisan alam, kami pun melangkah untuk menuju puncak. Tepat pukul 09:00 kami mengawali perjalanan menuju puncak, jalur yang menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi alang - alang dan beberapa pohon yang saling berjauhan. Nampak jelas jembatan setan yang akan kita lewati setelah kita mencapai puncak bukit sebelum bukit yang lebih ekstrim lagi kita lewati. Setelah mempersiapkan tenaga, kami pun siap melewati bukit berikutnya, bukit dengan jalur lebih terjal dari bukit sebelumnya. Jalanan setapak berbatu yang menukik, terjal dan curam. Sebelum sampai jembatan setan, jalanan agak landai dan menurun melipir bukit. Tapi itu hanya beberapa meter saja, setelahnya kita akan lewati jalur yang sangat amat ekstrim. Merangkak di tebing dengan jurang disebelahnya. Tebing berbatu tanpa ada pengaman, tanpa ada jalan yang nyaman untuk pijakan kaki. Dengan merayap ditepian tebing tanpa pengaman apapun yang kami gunakan, dengan penuh yakin persatu kami lalui medan yang terjal itu. Kerja sama dan saling mengingatkan, kami pun melewatinya dengan selamat.
Menikmati Alam di Pos Pemancar
Terkadang nampak seekor burung berterbangan diantara gugusan pegunungan nan hijau dibawah pusaran awan putih berselimut langit biru. Angin begitu sejuk berhembus menyapa dalam balutan sinar surya pagi yang penuh kehangatan, sejuk penuh dengan kedamaian. Puas menikmati lukisan alam, kami pun melangkah untuk menuju puncak. Tepat pukul 09:00 kami mengawali perjalanan menuju puncak, jalur yang menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi alang - alang dan beberapa pohon yang saling berjauhan. Nampak jelas jembatan setan yang akan kita lewati setelah kita mencapai puncak bukit sebelum bukit yang lebih ekstrim lagi kita lewati. Setelah mempersiapkan tenaga, kami pun siap melewati bukit berikutnya, bukit dengan jalur lebih terjal dari bukit sebelumnya. Jalanan setapak berbatu yang menukik, terjal dan curam. Sebelum sampai jembatan setan, jalanan agak landai dan menurun melipir bukit. Tapi itu hanya beberapa meter saja, setelahnya kita akan lewati jalur yang sangat amat ekstrim. Merangkak di tebing dengan jurang disebelahnya. Tebing berbatu tanpa ada pengaman, tanpa ada jalan yang nyaman untuk pijakan kaki. Dengan merayap ditepian tebing tanpa pengaman apapun yang kami gunakan, dengan penuh yakin persatu kami lalui medan yang terjal itu. Kerja sama dan saling mengingatkan, kami pun melewatinya dengan selamat.
Ternyata jembatan setan bukanlah trek terakhir sebelum mencapai puncak, ada satu tebing yang harus kita lewati dengan trek berbatu dengan kemiringan hampir 90 derajat. Untuk melewati trek ini kadang kita diharuskan untuk climbing, dengan beban dipunggung kami mencoba melewati jalur ini dengan sangat hati - hati. Saling membantu walaupun tanpa peralatan yang memadai, tapi dengan saling percaya dan penuh keyakinan kami semua bisa melewati dengan selamat. Dan beberapa menit kemudian sampailah di puncak Merbabu, Puncak Kenteng Songo diketinggian 3.145 Mdpl.
Puncak Kenteng Songo
Sekitar pukul 11:30 kami menapakan kaki kami di Puncak Kenteng Songo, sekalipun tengah hari dengan terik matahari yang menyengat tapi udara masih terasa dingin. Nampak gagah dan sangat jelas puncak Gunung Merapi dihadapan kami menjulang tinggi, sebuah gunung yang dipenuhi bebatuan itu terlihat sangat gersang dibawah sinar matahari yang terik. Nampak juga gugusan pegunungan yang sempat terlihat dari puncak Gn. Watu Tulis tempat kami camp, ke arah barat nampak jelas Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang kelihatan sangat amat indah dengan Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran yang terlihat sangat dekat seakan mengarahkan untuk mencapai kedua gunung itu. Ke arah timur nampak kejauhan Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang, awan putih dan biru langit menjadi background yang sempurna akan lukisan alam ini.
View Gunung Merapi dari Puncak Merbabu
Puncak Kenteng Songo tidak begitu luas, tapi memanjang sampai puncak Syarif dengan savana kecil yang menjorok kebawah menghubungkan kedua puncak ini.
Keindahan alam dari Puncak Merbabu
Selang satu jam, kami pun sampai pada padang savana yang memanjang dan berbukit. Pada jalur ini treknya mendatar.
Padang Savana II
Tidak begitu lama kami menikmati lukisan alam yang begitu indah dari ketinggian Puncak Kenteng Songo, selain sinar matahari yang sangat menyengat walaupun udara begitu dingin, kita punya target untuk sampai di pos Selo sebelum malam. Setelah istirahat dirasa cukup, kami pun bergegas mempersiapkan perjalanan turun menuju pos Selo. Nampak jelas jalur yang akan mengantarkan kita dari kejauhan, gugusan savana berbukit yang memanjang memanjakan mata kita selama dalam perjalanan. Awal trek dari puncak agak begitu curam dengan jalanan tanah yang terkadang diselingin beberapa bebatuan yang besar, sepanjang jalur ini hanya tumbuhan alang - alang yang tumbuh disekeliling kanan dan kiri jalur setapak ini. Pandangan kami selama menuruni puncak hanya tertuju pada Gunung Merapi yang menjulang tinggi di hadapan kami.
Waktu sudah menunjukan pukul 14:30, setelah melewati padang savana II akhirnya sampai juga di padang Savana I. Padang savana I tidak lebih luas dari padang Savana II, di lokasi ini suasananya cukup sejuk dengan pohon - pohon yang rindang mengelilingi savana ini. Kami sempatkan istirahat disini, dibawah pohon yang rindang menghadap Gunung yang semakin kelihatan sangat dekat, Gunung Merapi semakin menunjukan urat - uratnya cukup jelas. Kami cukup menikmati suasana di savana I, suasana dan lukisan alam disini begitu memanjakan kami yang telah letih dan penat. Angin berhembus sangat menyejukan, terik matahari yang sudah mulai menurun temperaturnya, suara angin, suara burung dan pepohonan begitu menenangkan. Nyaman sekali suasana disini.
View Gunung Merapi dari Savana I
Puas menikmati alam di savana I, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju pos Selo. Trek disini cukup nyaman untuk turun. Jalan tanah setapak dengan trek yang tidak begitu curam cukup membantu langkah kami untuk segera sampai tujuan. Sepanjang jalur didominasi oleh pepohonan yang cukup rimbun. Gunung Merapi masih tampak semakin jelas didepan kami yang lambat laun hilang tertutup oleh rimbunya pepohonan disekeliling jalur. Dan tak lama kemudian sampailah kami di perkebunan warga yang menadakan pos sudah dekat. Ini membuat semangat kami bertambah, sekalipun langkah kami sudah mulai lemah.
Gerbang Selo
Pukul 17:00 kami pun tiba di gerbang Selo, batas pemukiman warga. Kami pun segera menuju pos Selo. Tak jauh dari gerbang terlihat rumah yang sekaligus dijadikan pos registrasi untuk pendakian melalui jalur Selo. Kami pun segera menemui penjaga, dan meminta ijin untuk istirahat melepaskan lelah. Suasana di pemukiman warga masih tampak disibukan dengan suasana Idul Fitri, masih tampak beberapa serombongan warga hilir keluar masuk dari beberapa rumah untuk mengucapkan Idul Fitri. Begitupun di rumah yang dijadikan pos registrasi, sesekali kami melihat kedatangan beberapa tamu yang sekedar mengucapkan lebaran. Kami pun disuguhkan beberapa makanan khas lebaran yang nampak terjejer rapi di selebaran tiker yang cukup luas diruangan tamu. Persatu kami membersihkan badan kami sekaligus mengganti pakaian kami yang basah dengan keringat. Rencana dari pos Selo ini kami akan mampir ke rumah temen yang tak tak jauh dan masih satu jalur menuju tempat kami mencari angkutan umum. Sambil menunggu mobil yang menjemput, kami habiskan waktu untuk bercerita dan berbagi dengan penjaga pos Selo. Pukul 18:00 mobil yang kami tunggu pun datang dan membawa kami kekediaman teman kami. Sesampainya disana, kami disambut dengan penuh kekeluargaan. Dijamu beberapa makanan khas lebaran dan makan malam dengan hidangan yang tidak pernah kami temui selama dipendakian. Yummmiiiiii.....
0 komentar:
Posting Komentar